Lady Octopus by Nona Soedhowo. +Follow | Dashboard
Lady Octopus
Entries ~~ LadyLo ~~ Friends ~~ Connect



parents, family, and the sims
Rabu, 05 Januari 2011 | 0 comments
Orang tua adalah harga yang tak dapat ditawar, harta yang tak tertukar.


Kenapa tiba-tiba aku ngomong ginian? Well, simply just because I saw many tweets in my timeline. Isi tweetsnya? Beberapa orang temenku yang mengutuk orang tua mereka sendiri. Oke, mengutuk sounds a lil bit scary--walaupun kenyataannya emang ngeri. Lebih tepatnya, mereka memaki orang tua mereka sendiri.

Bukan memaki dengan kata-kata, "Orang tua gue ngeselin banget! Kerjaannya ngatur mulu!" ya. Tapi memaki dalam contoh... "Bokap nyokap gue jancok banget! Bangsat!" dan lain sebagainya yang bisa kalian bayangin sendiri.

Memang, bisa dibilang aku nggak ngerti permasalahan apa yang mereka hadapin; apa yang orang tua mereka lakuin ke mereka, apa yang mereka rasain, apa yang terjadi, dan lain sebagainya. Aku bukannya ikut campur--you could call me like that kalo sampe aku ngemention si pembuat-harsh-tweet-ini dan nasihatin dia ini-itu sementara aku sendiri nggak tau masalahnya apa. Mari kita sebut aku lagi.... ngasih komentar. Dari kacamata penonton.

Sebenernya sayang banget, mereka-mereka (yang ngebuat harsh tweets ini) sampe ngucapin hal sedemikian rupa. Walaupun kasar, mungkin kata-kata semacam "orang tuaku rese banget!" atau "asli kesel banget diceramahin ini-itu mulu!" mungkin lebih ditolerir daripada kata-kata semengerikan itu. Karena... gimana pun juga... mereka itu orang tua kita.

Call me naive. Dan mungkin kata-kata ini udah klise. Banget. Tapi itulah kenyataan. Ada hal-hal yang nggak bisa kita pertanyakan di dunia ini. Ada hal-hal yang memang nggak logis di dunia ini. Ada hal-hal yang nggak bisa kita tentang di dunia ini. Memang begitulah kodratnya. Seorang anak, sampai kapan pun juga, nggak akan pernah bisa memiliki derajat di atas orang tuanya. Which means, sampai kiamat pun, kita nggak akan pernah bisa memiliki alasan yang cukup untuk membuat kita diizinkan memaki orang tua kita.

Sekilas memang rasanya nggak adil. Disaat orang tua kita, mungkin, bisa memaki kita. Disaat orang tua kita, mungkin, sangat menyakiti hati kita. Tapi itulah dunia, kan? Apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang anak hanya menerima, nggak lebih. Itulah hak seorang anak. Menerima.

Protes, oke lah. Kritik, boleh lah. Tapi memaki? Apalagi sampe mengeluarkan kata-kata semacam "jancok", "anjing", "bangsat", dan lain sebagainya ke orang tua kita sendiri?

Jangan lupa, kita bukannya sedang berbicara dengan teman kita, loh.

Orang-orang banyak lupa. Katanya, kita nggak boleh terlalu sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Tapi bukannya berarti membandingkan diri dengan orang lain itu selalu membawa kejelekan, kan?

In this case... mari bandingkan diri sendiri dengan orang-orang yang nggak bisa tinggal bareng kedua orang tuanya. Atau nggak bisa tinggal dengan keluarga lengkapnya. Those people--who cursed on their parents--live with their parents. Their family. Padahal ada banyak orang-orang di luar sana, yang berharap mati-matian bisa tinggal dengan orang tuanya. Lengkap. Ada orang-orang yang berharap keluarga mereka nggak tercerai-berai. Ada orang-orang yang berharap bisa memutar ulang waktu cuma biar bisa kumpul sama kedua orang tuanya.


Like me.


Aku lagi berada dalam kondisi semacam ini; kondisi dimana kamu bener-bener ngerasa shock. Ibarat abis ngelaluin satu perjalanan, kamu lagi jetlag. Bingung dengan keadaan yang sedang kamu alami. Saking drastisnya perubahan yang kamu miliki, kamu jadi blank. Dan klimaksnya adalah ketika kamu bertanya:

Apakah benar, kalo aku pernah hidup dimasa lalu? Kok, rasanya aku cuma hidup dimasa ini? Kok, rasanya aku baru ngerasa hidup sekarang? Dimana kenangan-kenangan yang dulu aku alamin? Apakah benar semua kenangan itu pernah aku alamin?

That's it.

To be honest, I miss my dad so much. Aku kangen saat-saat aku, Mama, dan Papa ngumpul bareng. Saat-saat kami kumpul di depan tv dan makan malam bareng. I didn't mind about the menu. Mau itu pizza yang kami take-away, atau ikan bandeng presto yang Mama beli di warung, I didn't even care about it. Yang aku peduliin adalah detik-detik dimana kami ngumpul bareng. Saat-saat dimana kami ngobrol di depan tv, ngebahas semua hal yang ada. Mulai dari yang penting, sampe yang nggak worth it buat dibicarain sekalipun. I miss those moments.

Aku bahkan kangen dimarahin papaku. Saat-saat dimana aku dapet nilai-nilai jelek dan Papa marahin aku. Dan pasti Mama ngebelain aku. Saat-saat dimana aku dituntut untuk dapet banyak nilai 9. I didn't mind about that. Karena dulu--dan sekarang pun--aku hidup untuk orang tuaku. Kupikir, kalo nilaiku bagus, orang tuaku bakal bahagia. Bakal bangga sama aku. Makanya aku berusaha keras biar bisa mencapai itu semua.

Soalnya, salah satu impianku itu bisa bikin orang tuaku bahagia dan bangga sama aku. Sehingga mereka bisa ngomong ke semua orang, "Ini loh Nona, anakku."

Mungkin kamu pikir ini impian klise banget lah, bullshit lah, sok anak baiklah, or whatever it is. Tapi itulah kenyataan. I hate being naive. Atau klise. Tapi terkadang memang ada saatnya dimana kita jadi naif dan klise. Inilah saat yang tepat buatku.

Intinya, aku kangen semua saat-saat yang pernah kulaluin itu. Setiap detail terkecilnya. Setiap detiknya. Aku kangen semua itu. Dan jujur, aku ngiri sama mereka semua yang bisa ngedapetin apa yang aku paling pengenin saat ini. Tapi mereka malah nyia-nyiain semua itu. Bahkan, mereka ngebuang jauh-jauh kesempatan itu.

Dalam artian, mencaci maki orang tua mereka.

Orang tua yang ada di sana untuk mereka.


Jadi... buat kalian semua yang ngebaca ini... terutama bagi yang kesel banget sama orang tua masing-masing. Bersyukurlah. Seenggaknya kalian masih bisa ngumpul, lengkap, komplit bareng kedua orang tua kalian. Ada orang-orang di luar sana yang pengen ngumpul sama orang tuanya tapi nggak bisa atau susah. Ada orang-orang yang ngiri sama kalian.

Inget, hidup ini nggak semudah game. Nggak segampang The Sims. Oke, sebenernya The Sims itu sulit dan rumit sih. Sims-ku pernah selingkuh sama suami orang dan dia udah punya anak, mendadak dia dan keluarganya jatuh miskin and all. Tapi, kalo main The Sims, kita masih bisa melarikan diri dari kenyataan dan masalah yang ada. Kita bisa tinggal mainin family yang lain, atau ngedelete family yang bermasalah itu.

Tapi kehidupan nyata berbeda. Kita nggak bisa lari. Kita cuma bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. Dan mencaci-maki itu termasuk upaya melarikan diri.

Hidup jauh lebih sulit dan rumit daripada The Sims.

Dan aku bukannya ngomong tanpa pengalaman.

Jadi, mari kita bersama-sama menghadapi dunia ini... menjalani hidup, menghadapi, dan menyelesaikan masalah yang ada. Karena hidup dan masalah itu selalu berdampingan. Yang menentukan adalah diri kita sendiri; bisa, atau nggak. Kuat, atau lemah. That's it :)

Mulai sekarang, ayo kita berjuang bareng! And happy new year 2011 too! Fighting! :D


Love,
LadyLo

Label: , , , , , , , , , ,


Older Post | Newer Post