when the school makes me frustated
Selasa, 06 Juli 2010 | 0 comments
Do I hate school?
Nah-nah, I don't. Yah, bukan berarti aku tipikal nerd yang hobi banget dateng ke sekolah sih. Nggak. Aku masih normal kok. I hate homeworks, exams, and scary teachers. Aku juga punya banyak antis di sekolah, dan hal itu jelas bikin aku cukup males buat masuk sekolah. Tapi aku punya temen dan hal-hal asyik yang kudu diselesaiin di sekolah. Makanya aku masih ada sedikit "rasa" sama sekolah. LOL.
Terus kenapa sekolah berhasil bikin aku kelimpungan dan galau selama sebulan terakhir ini? Well, I'm worried. Karena aku udah kelas 9--which means I'm officially a senior in my school now--dan bakal menempuh ujian dalam waktu kurang dari 8 bulan, aku khawatir. Bener-bener khawatir.
Karena aku tipe orang yang mencintai nilai tinggi, atau hasil bagus dengan nilai membanggakan, atau hasil menyenangkan dengan ranking bagus, atau hasil bagus, nilai bagus, ranking bagus, whatever you called it, aku khawatir.
Sangat khawatir.
Jujur aja aku jadi pesimis tingkat tinggi setelah tahu NEM terendah di Padmanaba--SMAN 3 Yogyakarta--yang nggak lain nggak bukan adalah sekolah incaranku in case aku masih sekolah di Yogyakarta adalah, ugh, 37 koma sekian.....
Aku khawatir.
Apakah aku bisa ngedapetin NEM minimal 37,50 walaupun aku sekolah di Samarinda? Apakah aku bisa tetep mempertahankan NEM-ku dulu, walaupun aku udah nggak di Yogyakarta? Apakah aku bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di sini? Apakah aku bisa menyamai nilai temen-temen di Yogya? Apakah aku BISA?
Dan berbagai pertanyaan galau khas anak labil lainnya.
Oke, orang-orang bisa mengeluarkan saran-saran yang cocok masuk di buku pelajaran Bahasa Indonesia, such as "Dimana pun kamu bersekolah, asalkan kamu rajin, kamu pasti bisa!" atau "Yang penting kamu berusaha, tinggal berserah diri aja!". Kembali ke realita, faktanya adalah, tempat--lokasi, lingkungan, dan suasana sekitar kita sangat berpengaruh dalam menghadapi ujian.
Admit it, deh! Mau bukti? Bukannnya aku ngeremehin daerah luar Yogyakarta, Jawa, atau manapun juga loh ya. Tapi kenyataannya, berdasarkan pengalamanku nanya sama orang-orang, perbedaan NEM murid-murid di sana dan di sini memang jauh sekali.
Sekali lagi, bukannya aku ngeremehin. Bold those words.
Dan inilah aku. Remaja berumur 14 tahun yang lagi galau dan berada di puncak kelabilannya. Aku bener-bener berharap bisa dapet NEM minimal 37,50 walaupun aku sekolah di sini. Aku bakal berusaha dengan keras, walaupun harus ngulang kejadian kurang-lebih 2 tahun yang lalu (ikut kelas remidial waktu liburan semester, nangis-nangis karena harus belajar keras tiap hari, putus asa karena jadwal belajar yang mengikat, stres tingkat tinggi, gugup, dsb). Mungkin agak impossible, sih. Tapi dulu aku berhasil ngedapetin NEM yang, yah, pasaran sih di Yogya. Cukup susah nyari sekolah. Tapi aku berhasil ngedapetinnya walaupun aku sekolah di desa yang terpelosok. Sekarang, kenapa aku nggak bisa?
Aku masih seorang Nona Soedhowo, kok. Orang yang sama dengan anak kecil diwaktu 2 tahun yang lalu. Kenapa aku nggak bisa? Aku pasti bisa. Aku harus bisa.
Oke, please abaikan 2 paragraf di atas. Aku lagi nyoba menghibur diri sendiri waktu nulis dua paragraf tersebut. Faktanya adalah :
AKU GUGUP! AKU TAKUT!
Jadi gimana dong nih, Octopuses?? Got some advices for me? Bisa membesarkan hatiku? Pleaseeeeeeee, I really need your support right now! I beg you :(
I should stop writing this post. Kelabilan lebih mendominasi entry ini daripada keresahanku. Sekali lagi, tolong bantuin aku ya, Octopuses :'(
Love,
LadyLo
Nah-nah, I don't. Yah, bukan berarti aku tipikal nerd yang hobi banget dateng ke sekolah sih. Nggak. Aku masih normal kok. I hate homeworks, exams, and scary teachers. Aku juga punya banyak antis di sekolah, dan hal itu jelas bikin aku cukup males buat masuk sekolah. Tapi aku punya temen dan hal-hal asyik yang kudu diselesaiin di sekolah. Makanya aku masih ada sedikit "rasa" sama sekolah. LOL.
Terus kenapa sekolah berhasil bikin aku kelimpungan dan galau selama sebulan terakhir ini? Well, I'm worried. Karena aku udah kelas 9--which means I'm officially a senior in my school now--dan bakal menempuh ujian dalam waktu kurang dari 8 bulan, aku khawatir. Bener-bener khawatir.
Karena aku tipe orang yang mencintai nilai tinggi, atau hasil bagus dengan nilai membanggakan, atau hasil menyenangkan dengan ranking bagus, atau hasil bagus, nilai bagus, ranking bagus, whatever you called it, aku khawatir.
Sangat khawatir.
Jujur aja aku jadi pesimis tingkat tinggi setelah tahu NEM terendah di Padmanaba--SMAN 3 Yogyakarta--yang nggak lain nggak bukan adalah sekolah incaranku in case aku masih sekolah di Yogyakarta adalah, ugh, 37 koma sekian.....
Aku khawatir.
Apakah aku bisa ngedapetin NEM minimal 37,50 walaupun aku sekolah di Samarinda? Apakah aku bisa tetep mempertahankan NEM-ku dulu, walaupun aku udah nggak di Yogyakarta? Apakah aku bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di sini? Apakah aku bisa menyamai nilai temen-temen di Yogya? Apakah aku BISA?
Dan berbagai pertanyaan galau khas anak labil lainnya.
Oke, orang-orang bisa mengeluarkan saran-saran yang cocok masuk di buku pelajaran Bahasa Indonesia, such as "Dimana pun kamu bersekolah, asalkan kamu rajin, kamu pasti bisa!" atau "Yang penting kamu berusaha, tinggal berserah diri aja!". Kembali ke realita, faktanya adalah, tempat--lokasi, lingkungan, dan suasana sekitar kita sangat berpengaruh dalam menghadapi ujian.
Admit it, deh! Mau bukti? Bukannnya aku ngeremehin daerah luar Yogyakarta, Jawa, atau manapun juga loh ya. Tapi kenyataannya, berdasarkan pengalamanku nanya sama orang-orang, perbedaan NEM murid-murid di sana dan di sini memang jauh sekali.
Sekali lagi, bukannya aku ngeremehin. Bold those words.
Dan inilah aku. Remaja berumur 14 tahun yang lagi galau dan berada di puncak kelabilannya. Aku bener-bener berharap bisa dapet NEM minimal 37,50 walaupun aku sekolah di sini. Aku bakal berusaha dengan keras, walaupun harus ngulang kejadian kurang-lebih 2 tahun yang lalu (ikut kelas remidial waktu liburan semester, nangis-nangis karena harus belajar keras tiap hari, putus asa karena jadwal belajar yang mengikat, stres tingkat tinggi, gugup, dsb). Mungkin agak impossible, sih. Tapi dulu aku berhasil ngedapetin NEM yang, yah, pasaran sih di Yogya. Cukup susah nyari sekolah. Tapi aku berhasil ngedapetinnya walaupun aku sekolah di desa yang terpelosok. Sekarang, kenapa aku nggak bisa?
Aku masih seorang Nona Soedhowo, kok. Orang yang sama dengan anak kecil diwaktu 2 tahun yang lalu. Kenapa aku nggak bisa? Aku pasti bisa. Aku harus bisa.
Oke, please abaikan 2 paragraf di atas. Aku lagi nyoba menghibur diri sendiri waktu nulis dua paragraf tersebut. Faktanya adalah :
AKU GUGUP! AKU TAKUT!
Jadi gimana dong nih, Octopuses?? Got some advices for me? Bisa membesarkan hatiku? Pleaseeeeeeee, I really need your support right now! I beg you :(
I should stop writing this post. Kelabilan lebih mendominasi entry ini daripada keresahanku. Sekali lagi, tolong bantuin aku ya, Octopuses :'(
Love,
LadyLo
Label: About me, Daily story, Experience, Just babbling, Life, Nostalgia, Obsessions, Problem, School