Lady Octopus by Nona Soedhowo. +Follow | Dashboard
Lady Octopus
Entries ~~ LadyLo ~~ Friends ~~ Connect



high school pride
Jumat, 24 Juni 2011 | 0 comments
High School.
Aku udah tau artinya dari jaman kelas 1 SD. High school. Gampang. Sekolah Menengah Atas, SMA. Atau yang sekarang udah berganti nama jadi Sekolah Menengah Umum--SMU.

Pride.
Kata yyy.sederet.com, artinya "kebanggaan". "Keangkuhan". "Harga diri". Waktu SD, aku pernah denger kata ini beberapa kali, tapi aku nggak pernah tau artinya sampe aku SMP. Dan akhirnya, sekarang aku bener-bener tau apa itu "pride" dalam kehidupan.

Pride itu bersifat addicting. Tapi juga membunuh. Aku baru belajar tentang kata ini di Samarinda, kota yang bener-bener asing buatku. Well, nggak se-asing itu sih, soalnya dari kecil aku udah sering liburan ke sini. Tapi ya tetep aja....... Jogja sama Samarinda? Jauuuuuh!

Jadi, apa hubungannya antara "high school" dan "pride" kali ini?

Simpel. FYI, aku udah 15 tahun (gonna post a special entry about my birthday bash anyway :D) dan tahun ini aku bakal resmi jadi MURID SMA. Sedikit interupsi, ini postingan pertamaku sebagai seorang....... pengangguran pasca SMP? Hehehehe. Soal sekolah...... alhamdullilah, aku udah diterima di salah satu sekolah yang, yah, kata orang bergengsi-banget-di sini lah. Lewat jalur PMDK. Nggak, aku nggak lagi nyombong kok, santai aja.

Nah, selama di Samarinda, aku udah pernah ngeliat dan ngerasain langsung berbagai macam pride di sini. Tapi kalo yang namanya "high school pride", ini (pastinya) bener-bener yang pertama kalinya. Kayak yang udah kutulis di atas, high school pride itu addicting. Tapi juga membunuh. Waktu SMP, aku udah pernah ngalamin junior high school pride (nggak beda jauh sih...), tapi, serius deh, pride yang itu nggak se-mengerikan ini!

Kalo kita salah pilih TK, kita masih bisa memperbaikinya di SD. Kalo kita salah pilih SD, kita masih bisa memperbaikinya di SMP. Kalo salah pilih SMP? Insya Allah masih bisa diperbaiki di SMA. Tapi, kalo salah pilih SMA? Memperbaiki di universitas? Udah telat, kan? Bukannya orang dewasa selalu menerapkan aturan "SMA = universitas = jawaban dari masa depan kita"? Alias kalo SMA jelek, terus dapet universitas jelek, masa depan cerah bakal sulit dateng?

Jangan nge-judge apakah aturan di atas itu benar atau salah adanya. Karena aku pun sendiri nggak tau, namanya juga aku masih....... baru-mau-masuk-SMA. Tapi, selama ini, orang-orang dewasa di sekitar aku selalu ngasih aturan yang sama. Mereka selalu ngucapin hal yang sama.

"Kamu harus dapet SMA bagus, Non. Jadi gampang masuk universitas yang bagus. Dan kemungkinan punya pekerjaan bagus pastinya bakal jadi lebih besar lagi."

Sekali lagi, orang dewasa yang menetapkan aturan semacam itu bukan cuma ada satu atau dua aja loh. Aku kenal banyak orang dewasa yang berprinsip kayak gitu, walaupun mungkin beberapa di antara kalian yang lagi ngebaca postingan ini berpikir, "orang-orang itu dangkal banget sih". Terserah kalian mau mikir apa, yang penting jangan salahin aku. Karena aku cuma semacam korban dari aturan itu :p

Nah, balik lagi ke topik awal. Dengan aturan yang udah pasaran semacam ini lah, anak-anak seusiaku (seenggaknya yang aku kenal) banyak yang kena sindrom "high school pride" tingkat akut. Mereka yang berhasil masuk ke sekolah ultra-keren-bangetngetnget bakal jadi orang-orang yang disanjung. Mereka yang "gagal"? Bakal dicap "LOSER" sama orang-orang.

Bisa dibilang, salah satu temen deketku termasuk di dalam kategori yang terakhir itu. Bukannya apa-apa, menurutku dia cuma kurang hoki aja (luck does matter loh waktu ikutan PSB). Sayangnya, semua orang udah terlanjur menggolongkan dia sebagai "another loser". Bahkan, bisa dibilang.......... keluarganya sendiri. Orang-orang yang seharusnya jadi orang pertama buat menghibur dia.

Akhirnya? Dia memutuskan buat tetep masuk ke sekolah yang mau nerima dia itu. Tapi, dia nggak bakal lama di sana. Dia bilang, dia bakal pindah ke sekolah lain (yang notabene, ehem, sekolahku) dalam waktu kurang dari enam bulan. Dan, ternyata, banyak orang lain yang juga punya planning semacam ini. Bertahan di suatu sekolah selama beberapa bulan, dan akhirnya pindah ke sekolah incerannya diawal.

Orang tuaku nggak suka hal-hal semacam ini. Mama bilang, kalo itu terjadi sama aku, Mama ga bakal mindahin aku dsb. Mama bilang, aku harus diajarin bertanggung jawab atas apapun yang terjadi karena aku. Kenapa "karena aku"? Soalnya, NEM-ku emang jelek (banget), dan, yah....... faktor hoki emang does matter, tapi paling cuma 10-20% doang.

Mama bukannya ngomong gitu karena aku termasuk orang yang beruntung. Bukan karena kami nggak ngalamin hal semacam itu. Hal kayak gini pernah terjadi sama aku kok. Aku dilempar, ditendang dan nggak diterima sama 2 sekolah favorit waktu di Jogja dulu. Dan akhirnya aku masuk ke salah satu sekolah yang favorit juga sih, tapi tetep aja itu termasuk di bawah standar awalku.

Toh, akhirnya keluargaku nggak mindahin aku segala macem. Mereka kecewa sama aku, sama kayak aku kecewa sama my bad luck. But, that's all. It doesn't mean they would do anything to get me in to those schools. Kalo emang itu jalannya, kenapa kita harus "mangkir"? Dan akhirnya, aku ended up sayaaaaaang banget sama sekolahku di Jogja itu. Nggak ada lagi kata "di bawah standar". It has been my forever TOP class even until now :) shout out to my former school, the amazing SMPN 6 Yogyakarta! Kudos to you!

Soal high school pride, Mama termasuk di antara sekian dikitnya jumlah orang yang nggak terpengaruh sama itu sindrom. Mama orang asli sini. Tapi Mama nggak pernah berambisi buat masukkin aku ke sekolah yang sekarang, like what everyone does. Mama nggak pernah nyuruh aku buat masuk ke sekolah tertentu. Justru Mama termasuk orang yang aneh. Mama pernah bilang ke aku :

"Selama di Samarinda, menurut Mama semua sekolah itu sama. Mama nggak perlu ngeforsir kamu untuk sekolah dimana pun, karena ini Samarinda."

Aneh kan? Padahal orang lain sibuk nyuruh anaknya masuk sekolah A, sekolah B, sekolah C. Ada juga yang masih nyuruh anaknya ikut les privat ini-itu, padahal semua ujian sekolah udah kelar dan mereka ngelakuin hal itu demi anaknya bisa lulus ujian masuk sekolah (dan ternyata tahun ini PSB di Samarinda mulai pake NEM! Kasian temenku D:). Tapi Mama beda. Padahal Mama orang sini, orang yang harusnya udah punya ambisi itu mendarah-daging :p


Jadi, intinya........... high school pride itu adalah hal yang sangat BESAR dan LUMRAH di Samarinda. Kota lain juga pasti punya high school pride. Tapi menurutku, high school pride levelan di sini bener-bener undeniable, incredible, a creepy one. Karena derajat orang aja bisa dibedain dari "asal sekolah".

Dan semoga, aku ga akan pernah kena sindrom ini sampe tingkat akut. Apalagi kalo sampe nyela orang dari sekolah lain. Amin. Because we would never know. "Influence nya lingkungan" itu lebih dari sekedar kata ataupun kalimat.

By the way, happy late birthday to myself! :D Dan alhamdullilah karena so far, semuanya berjalan sangat lancar. Semoga ke depannya pun begitu, amin! Semoga my upcoming high school years are gonna be a fun ones!

Terima kasih banyak buat SMPN 1 Samarinda dan SMPN 6 Yogyakarta yang udah ngajarin aku banyak hal; terutama fakta bahwa teenage life itu nggak sesimpel kedengerannya. Terima kasih buat bapak-ibu guru untuk tiga tahunnya yang berharga. Nggak ada ilmu yang nggak berguna, betul begitu kan, Pak, Bu? :) Dan terima kasih juga buat temen-temenku semuanyaaaaa, mulai dari my amazing friends waktu kelas 7 di Jogja, sampe my wonderful, gokil, awesome friends dari kelas 8 sampe kelas 9 di Samarinda. Cuma Spansa yang bisa nyewa dan nguasain satu ASTON plus ngundang SM*SH buat perpisahan sekolah yang berkedok prom night, kan? ;D

I love, love, LOVEEEE you guys!! =D

Love,
LadyLo.




Label: , , , , , , ,


Older Post | Newer Post